Belajar Bermain
Belajar Mewawancara

Belajar Mewawancara

“When people talk, listen completely. Most people never listen.”
Ernest Hemingway

“Liburan kemarin kamu ngapain aja Nis?” tanya Siti kepada Nisa.

“Saya pergi ke kebun binatang bareng papa, bareng mama….,” jawab Nisa memulai cerita liburannya. Siti mendengarkan Nisa sambil menuliskan ceritanya di buku petualangan.

Kegiatan kejarAURORA tahun 2017 ini baru dimulai lagi. Kali ini, mereka diajak untuk mewawancara temannya dengan topik aktivitas yang mereka lakukan. Mereka duduk berpasangan lalu satu anak bertanya hal-hal yang ingin ia ketahui tentang aktivitas temannya saat liburan. Setelah selesai dicatat, mereka pun bertukar peran. Pewawancara menjadi narasumber dan sebaliknya.

Tugas mewawancara ini tampaknya sederhana, namun pada praktiknya terlihat cukup menyulitkan bagi beberapa anak. Beberapa anak tampak kesulitan memulai bertanya. Mungkin memang karena selama ini mereka lebih sering berlatih menjawab pertanyaan, kemampuan bertanya menjadi jarang terasah.

Selain belajar cara bertanya, mewawancara ini juga melatih kemampuan untuk hadir sepenuhnya. Saat temannya menjawab pertanyaan, adik-adik ini belajar cara mendengarkan.

Agar temannya merasa nyaman bercerita, adik-adik perlu menunjukkan kalau mereka sungguh-sungguh mendengarkan. Hadir sepenuhnya untuk lawan bicaranya, yang ditunjukkan di antaranya dengan perhatian yang terfokus, menatap mata lawan bicara secukupnya.

Hadir pada momen yang sedang dijalani adalah kemampuan penting yang sering terabaikan. Kemampuan inilah yang membuat kita bisa sepenuhnya bersyukur dan merasa cukup dengan yang adik-adik miliki, terlebih lagi kemampuan inilah yang membuat orang lain menghormati mereka.

Saat kita hadir sepenuhnya untuk orang-orang yang ada di sekitar, kita sebenarnya sedang menghormati dan menghargai kehadiran mereka. Dan semakin mereka menghormati dan menghargai orang lain, semakin besar apresiasi yang orang lain berikan pada mereka.

Tentu bekal ini akan sangat berguna bagi keseharian para adik, bahkan bagi masa depan mereka. Penulis buku kepemimpinan Simon Sinek menyebutkan bahwa generasi milenial, yang terlalu sering terpapar gadget, mudah sekali terpecah perhatiannya. Akibatnya menjadi sulit menghargai orang-orang yang ada di sekitarnya. Kemampuan hadir sepenuhnya ini menjadi semakin langka, itulah sebabnya orang-orang yang bisa hadir semakin diperlukan.

Kemampuan-kemampuan di atas tentu sangat berharga bagi kehidupan adik-adik dan masa depan mereka. Ternyata selain hal-hal di atas, interaksi yang terjadi saat wawancara ini memberikan hadiah tak ternilai bagi para adik: kenangan masa kecil yang akan mereka ingat setelah mereka dewasa

Sebagai orang dewasa, berapa banyakkah kejadian masa kecil yang kita ingat sampai saat ini? Mengapa ada banyak kejadian masa kecil yang kita lupakan? Dua psikolog, Carole Peterson dan Brenda Parsons, mencoba mencari tahu jawaban dari pertanyaan ini. Setelah melakukan penelitian, mereka menyimpulkan bahwa kenangan bisa tetap kita ingat jika kita mengartikulasikannya. Dengan kata lain, kenangan masa kecil akan tetap kita ingat kalau kita menceritakannya.

Saat adik-adik bercerita tentang aktivitasnya, sengaja tidak sengaja, ia sebenarnya belajar kemampuan naratif. Kemampuan naratif adalah kemampuan memilih kejadian yang penting untuk diingat dan juga cara menstrukturkan kata-kata dengan cara yang bisa orang lain pahami. Kemampuan naratif inilah yang membuat seseorang bisa memiliki kenangan yang kuat dalam benaknya.

Tidak seperti menyebutkan informasi berupa fakta, menceritakan kenangan meliputi fungsi sosial dari berbagi pengalaman dengan orang lain. Dengan cara ini, cerita pengalaman menjaga ingatan pada diri adik-adik dan juga meningkatkan berhubungnya antarcerita, termasuk urutan kejadian, topik, dan juga intensitas emosinya. Cerita yang berhubungan lebih mudah diingat.

Dengan menceritakan pengalamannya, ia sebenarnya sedang membentuk hal-hal yang benar-benar bermakna dalam hidupnya. Kenangan bermakna ini diharapkan menjadi energi tambahan untuk mengarungi perjalanan mereka nantinya.

Bukan sekadar bernostalgia dengan kenangan masa kecil yang indah, tapi menjadi sayap tambahan yang ikut menerbangkan mereka dalam menggapai cita-cita mereka kelak, membuat mereka lebih kuat memperjuangkan visi mereka.

“Be easy to love, hard to break, and impossible to forget.”
JM Storm

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *