Berbagi Kebahagiaan di Marikapal
“Ih Ibu, asik e ada perpus.”
“Ibu mau pigi perpus? Tong ikut!”
“Ibu, kapan kita belajar?”
Itulah komentar anak-anak di desa Marikapal, Maluku Utara, setelah Ruang Imajinasi dibuat. Sebuah ruangan berisi buku-buku yang dirancang untuk merangsang kreativitas anak-anak dalam berkarya, itulah Ruang Imajinasi.
Sudah setengah tahun sahabat kami, Dessy Nur Amalia, inisiator Ruang Imajinasi bertugas membina masyarakat di Desa Marikapal. Mendengar cerita dari Dessy bahwa di sana minim sekali buku untuk pembelajaran anak-anak, kejarAURORA menguatkan ikhtiar untuk bisa berbagi kebahagiaan dengan membantu mendirikan Ruang Imajinasi di sana.
Kami berterima kasih kepada para pembaca buku kejarAURORA: Belajar Bermain, Berimajinasi Berkarya, Bahagia Bersama. Keuntungan yang didapat dari penjualan buku tersebut memungkinkan kami mengirim buku-buku untuk Ruang Imajinasi di Marikapal.
Ingin tahu perubahan seperti apa yang terjadi di sana setelah adanya Ruang Imajinasi? Berikut ini wawancara Puji Prabowo, founder kejarAURORA dengan Dessy.
Bagaimana kondisi di Marikapal sebelum project Ruang Imajinasi?
Ketika saya datang ke Marikapal, saya agak bingung juga karena sekolah sama sekali tidak punya perpustakaan. Buku yang ada tidak terawat karena kelas-kelas tidak ada kunci sehingga buku tidak aman. Selain itu, kondisi kebanyakan anak-anak belum dapat membaca dengan lancar. Dengan adanya project ini anak jadi tertarik untuk membaca sendiri karena buku yang tersedia menarik.
Apa cerita yang menarik saat pembukaan kegiatan?
Cerita menarik mungkin melihat antusiasme anak-anak untuk melihat berbagai macam buku yang bervariasi, pertama kalinya melihat buku sebanyak itu, yang akhirnya membuat mereka tertarik untuk membaca sendiri tanpa harus di suruh. Ekspresi wajah mereka yang senang saat melihat kardus-kardus buku berdatangan juga, priceless. Tidak dapat didefinisikan dengan kata-kata
Apa saja kegiatan rutin anak-anak di Ruang Imajinasi?
Kegiatan rutin yaitu setiap jam 4-5 sore, kelas 1-2 belajar membaca bersama dari awal. Dipilih jam tersebut karena kelas atas pergi mengaji sehinggak anak kelas 1-2 dapat belajar lebih kondusif. Di sini tradisinya yang belum sunat belum wajib belajar ngaji.
Setelah itu, jam setengah 8 sampai 9 malam kelas 3 sampai SMP yang belajar. Mulai dari mengerjakan 10 soal matematika, atau sekadar ambil buku dan baca sendiri, belajar untuk persiapan lomba IPA, dilakukan di jam tersebut. Biasanya setelah itu anak-anak boleh bermain lego atau pianika, jadi ya belajar sambil bermain yang sebenarnya belajar juga.
Bagaimana kesan Dessy tentang project Ruang Imajinasi?
Sangat membantu penugasan saya di sini, karena biasanya murid-murid itu terpaksa membaca dengan buku seadanya, sekarang mereka tertarik untuk buka buku sendiri, walau kadang mereka hanya lihat-lihat gambar dulu, tapi itu sebuah awal yg baik untuk mereka belajar.
Oleh karena itu, saya sangat berterimakasih untuk teman-teman yang membantu pengiriman buku dan alat belajar lainnya, dimulai dari KejarAURORA dengan Ruang Imajinasinya, teman-teman Hope For the Future untuk buku-bukunya, serta Jessy Astrid dan teman-teman dari Jakarta yang bantu kirim buku juga.
Apa harapan Dessy dengan adanya Ruang Imajinasi?
Saya berharap ke depannya tidak cuma anak-anak saja yg menjadikan ruang imajinasi sebagai tempat belajar, tapi seluruh warga desa juga. Apalagi dengan salah satu program usulan kepala desa Marikapal, yaitu pemberantasan buta huruf, warga desa juga dapat memanfaatkan Ruang Imajinasi sebagai sarana belajar juga.
Selain itu, saya mengingat salah satu ucapan teman saya, Jessy Astrid, “Siapa tahu buku-buku yang dikirim para relawan dapat mengantar anak-anak Marikapal dalam meraih mimpinya. Siapa tahu buku IPA yang dikirimkan dapat melahirkan seorang dokter dari Marikapal.”
Satu tahun adalah waktu yang singkat untuk saya di Marikapal. Kehadiran Ruang Imajinasi dan buku-buku yang ada diharapkan dapat menjadikan Marikapal sebagai desa yang terus belajar, untuk masa depan Marikapal yang lebih baik.
Bagaimana kesan warga sekitar tentang Ruang Imajinasi?
Warga desa antusias. Mereka bilang baru pertama mereka melihat buku datang sebanyak itu. Antusiasme mereka dibuktikan dengan segera memasang lampu di balai desa ketika generator listrik desa menyala di akhir Januari 2017, dan memberikan balai desa sebagai ruang perpustakaan.
Penutup dari Puji, “Dengan adanya ruang imajinasi di Desa Marikapal, Maluku Utara, mimpinya adalah bisa berbagi kebahagiaan. Adik-adik diharapkan bisa bertukar pengalaman, ilmu, dan kebahagiaan. Semoga adik-adik terlatih imajinasinya dan nantinya lahir inovator bangsa. Amin.”
“Bila ingin hidup damai di dunia
Berbagilah bahagia yang telah kau punya
Kini hatimu merasa semua lebih sempurna
Karena kau hidup dengan seutuhnya”
Adera, Catatan Kecil