Belajar Bermain
Mengenali Bakat Anak

Mengenali Bakat Anak

“Kau bagaikan kebahagiaan untukku
Dan kau adalah semuanya bagi keluargaku
Dan kau juga yang memberiku keceriaan
Walaupun kau sangat tidak diam
Dan kau yang memberi keceriaan
Dan kau juga yang membahagiakan keluargaku”
Dara, kelas 3 SD

Itulah yang Dara tulis dalam kegiatan menulis puisi di kejarAURORA hari ini. Puisi yang sederhana namun menyentuh, menunjukkan bagaimana perasaannya terhadap adiknya. Satu hal yang membahagiakan bagi para kakak di kejarAURORA adalah ketika menemukan bakat terpendam adik-adik.

Sejak dulu Dara dikenal sebagai anak yang sangat perasa. Mood-nya terlihat mudah naik turun. Banyak yang bilang anak seperti ini cengeng. Padahal sebenarnya anak yang perasa ini memiliki bakat empati yang besar. Dia menjalani hidupnya melalui emosi. Dia senang menyelami perasaannya sendiri. Itulah sebabnya puisi yang Dara buat terasa otentik, sangat khas Dara.

Pengalaman yang kami sebagai kakak pendamping dapatkan saat mengamati Dara menulis puisi adalah pola untuk mengenali bakat anak. Dalam Strengths Based Parenting, Mary Reckmeyer menyebutkan bahwa yang terbaik bagi anak-anak adalah yang sudah ada di dalam diri mereka—dengan kata lain bakat terpendam anak. Anak-anak akan lebih bahagia dan berkarya lebih baik saat mereka beraktivitas dalam lingkup bakat dan kekuatannya.

Untuk bisa mencapai hal tersebut, Reckmeyer menyebutkan bahwa kita membutuhkan guru-guru yang bisa melihat bakat terpendam sejak usia muda. Untuk itulah kakak-kakak kejarAURORA berusaha untuk melihat kemungkinan-kemungkinan bakat tersebut dan memperhatikan keunikan pada tiap anak.

Langkah pertama untuk membantu anak menemukan bakat adalah dengan mengenali sifat anak. Di balik anak yang sering menangis dan moody, ada jiwa yang perasa. Di balik anak yang tidak mau menurut, ada bakat kepemimpinan yang besar.

Lain Dara, lain pula Rahmat. Rahmat adalah anak yang sering mendebat perkataan para kakak pendamping. Ada saja alasan yang dibuatnya pada tiap aktivitas. Sifat ini sekilas membuatnya sering mengeluh. Namun jika kita melihatnya dari sisi lain, Rahmat ini anak yang berpikir kritis. Ia tidak menerima informasi apa adanya, bakatnya mungkin dalam mengolah informasi.

Ada juga Lisna, yang selalu memancarkan senyum saat bertemu siapa pun. Ia senang tampil menunjukkan kebolehannya di depan orang lain. Tidak mengherankan ia senang sekali saat diajak menyanyi bersama dalam pertunjukan akhir tahun kejarAURORA. Dalam keunikan tiap anak, ada bakat terpendam.

Setelah mengenali sifat, langkah selanjutnya adalah menawarkan berbagai jenis aktivitas—sebanyak mungkin. Ini agar anak-anak bisa membedakan aktivitas yang dia sukai, dan yang tidak dia sukai. Karena tiap anak itu unik, satu aktivitas bisa terasa membosankan untuk satu anak namun mengasyikkan bagi anak lainnya.

Reckmeyer menyebutkan ada 4 hal yang bisa kita perhatikan untuk memastikan apakah aktivitas tertentu merupakan bakat anak.

  1. Hasrat: anak tertarik pada satu aktivitas yang sama berkali-kali
  2. Belajar dengan cepat: anak bisa menguasai satu skill atau memahami pengetahuan baru dalam bidang tersebut dengan cepat
  3. Kepuasan: anak mendapatkan pemenuhan energi secara psikologis saat dia menjalankan tantangan yang sesuai dengan bakatnya
  4. Lupa waktu: anak menjadi sangat asyik menjalani aktivitas tersebut sampai-sampai dia tidak peduli sudah berapa lama dia mengerjakannya.

Tentu saja, untuk mendapatkan aktivitas yang memenuhi 4 kriteria di atas, kita perlu melakukan banyak uji coba—trial & error. Sebelum anak mengetahui apa yang benar-benar ingin dia lakukan, kita perlu mendukung berbagai minatnya dan membiarkannya mencoba berbagai hal.

Perkembangan terbesar yang mungkin terjadi pada diri anak terjadi saat ada orang yang bukan hanya mencintai dan peduli padanya. Cinta dan kepedulian itu perlu dilengkapi dengan mengenali dan menghormati keunikannya. Itulah sebabnya kita perlu menjadi sosok yang mendorongnya untuk terus berkembang, sosok yang melihat hal-hal terbaik dalam diri anak, sosok yang membantu anak menemukan jalan hidupnya dalam berkarya.

Bukankah yang kita semua inginkan adalah membuat semua anak mengenali dirinya atas hal-hal yang bisa dan senang dia kerjakan, bukan atas hal-hal yang tidak bisa dia lakukan?

“Know your kids. Don’t just know what they like, know what makes them tick. Know what they llook forward to every day and how they express and receive love. Know their strengths.”
Maggie McMahon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *